Jono Lancaster ditinggalkan oleh orang tuanya ketika ia berusia 36 jam, saat itu mereka mengetahui bahwa anaknya dilahirkan dengan kelainan genetik langka yang disebut sindrom Treacher Collins.
Sekitar 1 diantara 50.000 anak lahir dengan sindrom Treacher Collins dengan ciri fisik khas termasuk mata sipit, micrognathia (rahang bawah kecil), gangguan pendengaran konduktif, zygoma terbelakang, terkulai bagian kelopak mata bawah, dan telinga cacat.
Karena kondisinya tersebut, Lancaster mengalami gangguan dalam pertumbuhannya. Ia sering tertekan dan dikecam. Sekarang Lancaster membuat karya hidupnya menjadi inspirasi bagi anak-anak di seluruh dunia dengan gangguan yang sama.
"Saya sangat ingin memiliki teman, saya akan melakukan apa saja. Saya tidak percaya. Saya akan membeli banyak permen dan memberikannya kepada anak-anak lain sehingga mereka mau berteman dengan saya," ujarnya kepada BBC beberapa tahun yang lalu. "Saya bermain kembang api di dalam kelas, saya tau itu tidak baik. Saya sering terkait alkohol, dan memiliki reputasi buruk di antara para guru."
"Dokter selalu bertanya apakah saya ingin operasi perbaikan wajah? Untuk mendapatkan tulang pipi, meluruskan gigi saya yang rusak dan menyesuaikannya. Tetapi meskipun saya depresi, saya berpikir 'Tuhan menciptakan saya seperti ini", lanjutnya. "Saya bangga dengan siapa saya. Dan Treacher Collins membuat saya menjadi siapa saya hari ini."
"Sekarang saya telah menjadi dewasa dan belajar untuk bangga dengan diri saya. Saya bangga dengan cara saya melihat," kata Lancaster dalam video diatas. "Saya suka cara saya melihat dan saya bangga menjadi diri saya sendiri."
Kini Jono Lancaster menjadi selebriti dan seorang inspirator. Ia juga penggiat yayasan amal Life For a Kid. Kisah hidupnya menjadi inspirasi bagi banyak orang terutama para penderita sindrom Treacher Collins.
"Sepuluh tahun lalu saya sangat membenci wajah saya, tetapi sekarang saya merasa diberkati," ungkap Jono Lancaster.
No comments:
Post a Comment